PEMBANGUNAN DESA CILEUNGSI

Di sini saya akan memberikan suatu gagasan saya untuk masalah bentuk pembangunan di Desa Cileungsi yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Menurut saya Desa Cileungsi merupakan desa yang cukup luas.karena letak nya yang strategis. Wilayah ini merupakan salah satu akses untuk menuju kota-kota besar di Jawa Barat dan Jakarta, misal Bekasi, Bogor, Jakarta bahkan Bandung.
Desa ini bukan hanya strategis namun cukup luas daerahnya. Menurut saya, desa ini sudah lumayan maju untuk masalah pembangunan. Misalnya, sekarang banyak sekali perumahan elite yang ada di desa ini. Seperti perumahan Metland Transyogi, yaitu salah satu perumahan yang cukup elite dikalangan masyarakat.
Dan di desa ini juga sudah tersedia berbagai fasilitas dari sisi ekonomi termasuk dari pasar tradisional ataupun modern, terminal bus, angkutan umum yang mudah dicari.
Dan dari sisi pendidikan, sudah ada banyak sekolah-sekolah yang tersedia. Mulai dari PG-Sekolah Tinggi pun sudah ada.
Tetapi masih banyak sekali kekurangan dari desa ini. Apalagi desa ini merupakan desa yang cukup terkenal, dikalangan masyarakat.
Kekurangan yang terdapat di desa ini tidak luput dari kebersihan, fasilitas jalanan yang masih rusak, kemacetan dll. Dan di desa ini juga saya lihat kurangnya lahan penghijauan sehingga desa ini terkenal dengan debu karena desa ini juga merupakan salah satu wilayah industri.
Saya akan memberikan salah satu apa saja yang ada di desa ini dan akan membrikan gagasan saya terhdap hal tersebut.
1.      Flyover Cileungsi
Hasil gambar untuk cileungsi
Flyover cileungsi merupakan salah satu akses jalan yang sangat terkenal di desa ini. Tetapi masih banyak sekali kekurangan yang ada di flyover ini.
Salah satunya adalah banyak sekali angkutanan umum yang berhenti sembarngan atau ngetem untuk mencari penumpang di bawah flyover, sehingga menimbulkan kemacetan.
Dan di bawah flyover ini ada 4 jalan uatama yang menujur ke arah Jonggol, Cibubur, Gn. Putri, dan Bekasi. Namun sayangnya dijalan perempatan seperti ini seharusnya tersedia Lampu merah, zebracross, trotoar dll. Namun sayangnya fasilitas tersbut tidak tersedia, sehingga sering sekali terjadi kemacetan yang sangat parah. Dan untuk jalan penyebrangan atau zebracross tidak ada.
Dijalan ini juga banyak sekali pedagang asongan atau pedagang kaki lima yang sembarangan berjualan di atas trotoar sehingga jalan tersebut tertutup oleh pedagang.

Hasil gambar untuk cileungsi

2.      Pasar Modern
Hasil gambar untuk ramayana cileungsi  Hasil gambar untuk cileungsi

Pasar modern bagi masyarakat desa ini tidak asing lagi bagi mereka. Tetapi sejumlah pasar modern yang terdapat di gambar sat ini sudah sepi pengunjung karena kurang nyamannya lokasi. Terlihat kumuh dan masih kotor kebersihannya sehingga masyarakat lebih memilih pasar modern lainnya yang terdapat di desa ini seperti Giant, Superindo, dll.



3.      Pasar Tradisional
Hasil gambar untuk pasar cileungsi  Hasil gambar untuk pasar cileungsi

Masyarakat di desa ini sangat mengharapkan keadaan pasar yang bersih dan tidak bau alias wangi. Dari waktu ke waktu memang terlihat jelas perubahan pasar di Cileungsi ini yang sudah berubah. Yang sebelumnya pasar ini sangat sempit, bau dan banyak sampah. Berubah menjadi pasar yang memilikin ruko-ruko, karena sebelumnya sempat terjadinya peristiwa kebakaran yang terjadi di pasar tersebut, sehingga pasar ini di bangun kembali, tetapi masih saja banyak sampah bertebaran.

4.      Terminal Bus
Hasil gambar untuk terminal cileungsi

Fasilitas pembangunan di desa termasuk terminal bus ini sudah cukup melengkapi. Karena banyaknya bus yang bertujuan ke berbagai kota di Pulau Jawa, sehingga masyarakat dapat menggunakannya. Tetapi, bisa kita lihat bahwa di terminal ini jarang sekali masyarakat yang naik bus dari terminal ini karena di dalam terminal ini sangat lah tidak bersih. Banyak sekali sampah bertebaran dimana-mana sehingga masyarakat enggan datang le terminal. Dan lebih memilih naik bus di pinggir jalan.

5.      Wilayah penghijauan
Di desa ini seharusnya perlu dibangun wilayah penghijauan yang banyak, karena desa ini banyak sekali pabrik industri di sekitarnya. Sehingga polusi pun tidak bisa dihindari. Saya melihat bahwa, masyarakat akan sangat antusias apabila melihat pembangunan penghijauan seperti taman untuk anak-anak, taman untuk lansia dan lain-lain. Apalagi fasilitas yang tersedia di taman tersebut terlengakpi seperti jaringan Wifi, dan taman yang bebas dari sampah dan polusi. Karena penghijauan juga diperlukan untuk mengurangi adanya polusi dari alam atau dari pabrik industri di sekitarnya.



Read more »»  

Kebudayaan Budha, Hindu, Islam, Kristen dan Kebudayaan Barat Di Indonesia

A.      Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia
            Diketahui dengan melalui proses yang panjang. Terdapat berbagai pendapat para ahli yang masih berupa dugaan sementara, cukup bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
            Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana. Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik).
            Secara filosofis masyarakat hindu di india mengatakan bahwa “orang tidak bisa menjadi hindu, tetapi orang lahir sebagai hindu”. Berarti tidak setiap orang bisa menjadi hindu. Bagaimana orang hindu di indonesia sekarang, tentu bukan keturunan orang india atau dilahirkan dari orang tua mereka yang beragama hindu. Bisa di bandingkan dengan pandangan Krom yang mengatakan bahwa orang tidak perlu membayangkan suatu peradaban yang luar biasa dapat berdiri berhadapan sejajar dengan peradaban hinduDalam artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai Teori Waisya yang berperan penting dalam proses penyebaran pengaruh hindu budha di Indonesia.
            Teori waisya mengatakan bahwa pengaruh hindu ke indonesia  di bawa oleh para pedagang maupun buruh menengah. Penganut teori ini adalah Coedes yang kemudian mendapat dukungan dari N.J.Krom. Melalui perdagangan akan terjalin interaksi antar bangsa termasuk orang Indonesia. Interaksi antara masyarakat Indonesia dengan  para pedagang india sangat beraneka ragam,contohnya saja melalui jual beli barang dagangan,( dari interaksi saling  tawar menawar barang dagangan) dan melalui proses perkawinan dengan gadis-gadis maupun laki-laki dari Indonesia.                         
            Khususnya perkawinan politik berlaku disini dan sangat efektif untuk memperkenalkan kebudayaan dan agama baru bagi masyarakat maupun penduduk pribumi.  kesepakatan bahwa kedatangan bangsa india maupun cina ke Indonesia pada awalnya bukan karena hubungan  budaya ataupun agama, melainkan karena faktor ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Coedes, bahwa orang-orang india datang ke daerah timur karena kehilangan sumber emasnya di Siberia karena desakan dari utara, oleh karena itulah mereka atau bangsa india itu datang ke indonesia.
            Para pedagang dari bangsa India yang sudah terlebih dahulu mengenal hindu budha, mereka datang ke indonesia bukan hanya untuk berdagang saja melainkan untuk memperkenalkan atau menyebarluaskan pengaruh hindu budha kepda masyarakat Indonesia. Pelayaran dan perdagangan pada waktu itu bergantung pada angin musim. Pengertian angin musim atau angin muson yaitu angin periodik yang terjadi terutama di samudra hindia dan sebelah selatan asia.                     
            Dalam waktu tertentu mereka (para pedagang) akan menetap di Indonesia,  jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali ke negara para pedagang tersebut. Menurut pedapat N.J.Krom hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang atau orang-orang india yang berkasta waisya. Hipotesis ini masih mengecilkan peranan-peranan di Indonesia. Para pedagang mengikuti angin musim yang setengah tahun selalu berganti arah, sehingga selama enam bulan menetap di Indonesia menyebarkan agama dan budaya hindu.
            Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
             Jalur Perdagangan India-Cina melalui Indonesia Wilayah Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut merupakan lalu lintas utama penghubung antarpulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia bukan hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah Indonesia. Posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka terjadilah hubungan dagang antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dan Cina beserta India. Agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya adalah mereka yang berasal dari kalangan pekerja ekonomi seperti pedagang dan saudagar. Para pedagang yang berasal dari India atau pusat-pusat Hindu lain di Asia ini banyak melakukan hubungan dagang dengan masyarakat atau penguasa pribumi. Hali inilah yang membuka peluang bagi masuknya agama Hindu di Indonesia. Teori Waisya ini diprakarsai oleh Dr. N. J. Krom.
               Meskipun disampaikan oleh para ahli, keempat teori diatas tetap mempunyai kelemahannya masing-masing. Hal tersebutkarena kitab Weda yang merupakan kitab suci agama Hindu ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan Pallawa yang notabene hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum Ksatria, Waisya, dan Sudra tentu saja akan sangat kesulitan menyebarkan agama Hindu di Indonesia karena mereka tidak memahami Bahasa Sansekerta yang merupakan bahasa dalam kitab Weda. Namun demikian, menurut kepercayaan India kuno, kaum Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan sehingga hampir mustahil untuk kaum Brahmana menyebarkan Hindu di Indonesia Secara langsung.
 Pekembangan berikutnya baru merujuk pada hubungan-hubungan agama dan kebudayaan. Ini dapat dilihat dari peranan selat malaka sebagai pelabuhan transito. Yang di maksud dengan pelabuhan transito yaitu: sebagai lalu lintas orang, sebagai lalu lintas barang, dan sebagai lalu lintas agama dan kebudayaan. Hubungan agama dan kebudayaan adalah proses akhir dari relasi atau hubungan antar bangsa India dengan bangsa Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi para pedagang luar negeri khususnya India berdatangan ke Indonesia untuk melakukan perdagangan, karena letak geografis sangat strategis, ini dapat dibuktikan dengan adanya daerah-daerah pesisir yang strategis yang banyak berfungsi sebagai pelabuhan maupum aktifitas politik. Pelabuhan-pelabuhan bukan hanya sekedar menjadi tempat untuk aktifitas ekonomi saja, melainkan juga berfungsi sebagai tempat awal bertemunya para pedagang dari segala penjuru dunia dengan berbagai kepentingan-kepentingan,termasuk juga untuk kepentingan politik juga.
 Pelabuhan sudah difungsikan sebagai tempat masuk dan keluarnya lalu lintas barang dagangan sebelum datangnya bangsa asing. Kedatangan bangsa asing seperti pedagang dari India lebih menyempurnakan fungsi pelabuhan, baik dalam bidang ekonomi maupun kebudayaan. Padagang pada zaman dahulu masih sangat sederhana. Pada mulanya dilakukan di anak-anak sungai dengan menunggu para pengepul, barulah dalam perkembangan berikutnya sejalan dengan teknologi pelayaran mulai memanfaatkan (port) sebagai tempat transaksi dengan bangsa-bangsa lain. Perdagangan oleh para pedahgang di lakukan dengan cara pindah dari tempat satu ke tempat yang lain, dari pulau satu ke pulau yang lain, dari benua ke benua, dengan membawa sejumlah barang dagangan tertentu yang biasanya besar maupun tidak besar volume daganganya.
Kepentingan politik inilah yang menjadi penyebab munculnya berbagai pengaruh yang berdatangan dari luar negeri, seperti pengaruh sistem sosial, budaya atau peradaban dan sistem pemerintahan. Hubungan dagang awalnya dilakukan oleh para pemimpin suatu wilayah, apakah itu seorang kepala suku atau raja.para pemimpin inilah yang mengadakan hubungan dengan bangsa lain melalui pedagangan yang nantinya akan berlanjut pada pengaruh kebudayaan dan agama hindu budha di indonesia.
Pengaruh pedagang India dalam perspektif akulturasi, terdapat beberapa konsep kebudayaan yang dapat kita ketahui dan kita pelajari yaitu diantaranya adalah akulturasi dan asimilasi. Akulturasi yaitu memunculkan kebudayaan baru melalui proses percampuran, tetapi kebudayaan pendatang seperti para pedagang maupun buruh menengah yang datang dari India menyesuaikan sendiri dengan kebudayaan pada saat itu. Tetapi kalau asimilasi adalah sebaliknya yaitu kebudayaan yang telah kehilangan kepribadianya setelah bercampur dengan kebudayaan pendatang.
Proses akulturasi terjadi di Indonesia dalam menanggapi kebudayaan India. Secara umum berdsarkan bukti-buti tertua yang di Indonesia ada tiga bentuk hasil kebudayaan atau bukti hasil proses akulturasi dengan datangnya pengaruh India. Di antaranya yaitu sistem religi, sistem sosial, dan sistem politik.
Sistem religi yaitu animisme dan dinamisme adalah dasar kepercayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, sebelum mengenal agama. Animisme adalah semacam kepercayaan yang menganggap bahwa semua benda dan makhluk itu hidup. Datangnya pengaruh dari India (hindu) mulai dikenal beberapa dewa yang menguasai alam semesta ini. Seperti konsep trimurti yaitu dewa brahma sebagai pencipta segala isi alam termasuk dirinya sebagai manusia, dengan simbol kekuatan api. Dewa wisnu sebagai pemelihara, dengan simbol kkuatan air, dan dewa swa sebagai pelebur (bukan perusak) sebagai simol angin.
Sistem sosial menurut pandangan Suleiman (1981) mengatakan bahwa kepala suku menjadi raja perlu di cermati. Secara tradisional kelas masyarakat sudah dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Pengaruh India (hindu) juga mengenal klas masyarakat yang biasanya dikenal dengan sebutan sistem kasta (catur warna). Tampaknya tidak semua kasta dapat terakomodasi dalam sistem sosial di Indonesia. Dapat dilihat dari kehidupan masyarakat di Bali sekarang. Di Bali tidak tampak ke empat kasta seperti kasta brahmana, ksatria, waisya, sudra. Yang tampak hanyalah kasta brahmana (pendeta), ksatria (prajurit atau raja) dan orang luar (jabe). Untuk kasta waisya dan sudra sulit di bedakan berdasarkan mata pencaharian. Kasta waisya adalah golongan pedagang, sedangkan sudra adalah petani. Inilah yang tidak tampak di tanah air.
Sistem politik lebih menitikberatkan pada peralihan sistem pemerintahan yang terjadi pada awal datangnya pengaruh India. Adanya klasifikasi dalam masyarakat menunjukan sudah ada pemerintahan, walaupun masih sangat sederhana. Pembagian tugas sudah terjadi dengan berbagai hak dan kewajiban. Secara tradisional sudah dikenal dukun, kepala suku dan rakyat. Datangnya pengaruh dari India lebih menyempurnakan khasanah pemerintahan tradisional yaitu mulai dikenal sistem kerajaan. Mulai dikenal aturan-aturan tertulis terkait dengan kewajiban seorang pemimpin yang dikenal dengan Astabrata. Astabrata yaitu perilaku yang ke delapan.
Datangnya pengaruh India dari para pedagang India sampai saat ini masih bisa di nikmati oleh bangsa Indonesia, baik dalam bentuk hasil kebudayaan moril maupun materil sampai pada pengaruh agama. Pengaruh-pengaruh tersebut di bawa oeh para pedagang India dengan mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Perkawinan antara bangsa pribumi dengan para pedagang yang berdatangan telah menghasilkan kerja sama yang baik dari kedua negeri tersebut.  Kerja sama yang baik dapat di wujudkan dalam berbagai hal.
Dari perkawinan tersebut menghasilkan keturunan, yang kemudian dari semua keturunan-keturunan tersebut telah berhasil menyebarluaskan pengaruh-pengaruh maupun kebudayaan ataupun agama hindu budha dari India. Tidak hanya proses perkawinan saja  yang berperan besar dalam menyebarluaskan pengaruh tersebut melainkan juga bangsa Indonesia itu sendiri.
Perjalanan para pedagang ke Indonesia melewati rute yang sangat panjang. Pejalanan tersebut telah melewati beberapa samudera dan lauta-lautan, yang pastinya para pedagang tersebut membutuhkan mental yang kuat. Kalau tidak dibekali dengan mental maupun fisik yang kuat kemungkinan para pedagang dan buruh menengah tersebut tidak akan pernah sampai ke negeri Indonesia.
Banyak beberapa tujuan yang ingin di capai oleh orang asing yang pergi ke suatu negeri tertentu. Seperti halnya ingin memasarkan suatu barang dagangan, bisa berupa hasil pertanian, pertambangan, dan lain-lain.

B.      Masuknya Kebudayaan Islam Di Indonesia
          Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
a. Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu, ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia:

1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Kerajaan ini masih ada sampai abad ke-15. Pusat kerajaaan Samudera Pasai kemudian dipindah ke Pase.
2. Kerajaan Demak
Demak merupakan  kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaituRaden Patah. Demak dengan cepat mencapai kejayaannya, terutama setelah Malaka jatuh ke Portugis. Putranya yang bernama Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor sangat berjasa membantu ayahnya meluaskan dan memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Raden Patah wafat tahun 1518 dan diganti oleh Pati Unus.
3. Kerajaan Banten
Daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama, yang memerintah tahun 1552 – 1570.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang. Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang (1613-1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Sultan Agung wafat pada tahun 1645.
5. Kerajaan Gowa – Tallo
Islam masuk ke kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1605. Dengan raja pertama Kerajaan Tallo adalah Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah. Raja Gowa yaitu Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin.
6. Kerajaan Ternate – Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan pala.
7. Kerajaan Aceh
Masa kerajaan Aceh dicapai dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia kemudian digantikan oleh menantunya, Iskandar Tani. Namun ketika Iskandar Tani wafat tahun 1641, kekuasaan Aceh menjadi menurun. Hal ini terjadi karena perselisihan di kalangan sendiri dan juga karena Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis tahun 1941.
8. Kerajaan Malaka
Malaka sebelumnya adalah kota kecil. Namun di bawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445-1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan barat. Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah Sultan Mansyur Syah (1458-1477) dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintah Sultan  Mahmud Syah (1488-1511). Kejayaan Malaka berakhir ketika orang-orang Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun1511.
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai ciri khas tersendiri, diantaranya:
1.      Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
2.      Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
3.      Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur tengah dan India.
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada gambar 1.2. tersebut.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 1.3. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
            Masuknya Islam berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang  bercorak Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah kerajaan-kerajaan islam yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

C.        Kebudayaan Barat Di Indonesia
            Kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada Barat. Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu berperadaban mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat.
            Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
            Secara timbal balik, tiap peradaban akan berpengaruh satu sama lain. Hukum sosial berlaku bagi semua peradaban. Peradaban yang maju, pada suatu masa, cenderung memiliki perngaruh yang luas bagi peradaban-peradaban lain yang berkembang belakangan.
            Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing (barat) tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.

            Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
a.         Kebudayaan Teknologi Modern
            Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran.         Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.
            Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.
b.         Kebudayaan Modern Tiruan
            Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
            Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.
            Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.
c.         Kebudayaan-Kebudayaan Barat
            Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.
            Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).
Pengaruh Kebudayaan Barat dalam Tatanan Pendidikan Kita
            Sebagaimana kita ketahui dan sadari setiap interaksi sosial akan memberikan pengaruh satu dengan yang lain, baik langsung ataupun tidak langsung, sedikit ataupun banyak pengaruh tersebut dapat berbentuk adaptasi yang positif, dalam arti tidak menimbulkan kegoncangan dan permasalahan. Namun tidak jarang dapat merusak dan mencemaskan serta merugikan kebudayaan bangsa yang dihormati dan diamalkan aspek-aspeknya. dalam kehidupan sehari-hari bukan tidak mungkin akan terdesak dan semakin ditinggalkan oleh mereka yang sangat tertarik, bahkan tergila-gila dengan unsur-unsur budaya asing. Kenyataan menunjukan bahwa kadangkala orang timur yang terpesona dengan kebudayaan barat akan hidup dengan pola kebarat-baratan dan antipati terhadap budaya bangsa sendiri.
            Salah satu gejala sosial yang paling sederhana, dapat dilihat pada permasalahan perasaan malu. Jika dulu perasaan malu dominan dalam kehidupan masyarakat, namun kini perasaan tersebut semakin menipis dan menguap, sehingga melicinkan mereka untuk melakukan hal-hal yang semula di pandang kurang bahkan tidak pantas. Di antara pengaruh dunia Barat yang tertanam pada bangsa kita, khususnya anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
1.         Selebmania
            Seleb berarti ternama, kesohor atau figur. Selebritis berarti orang ternama, kesohor atau yang dijadikan figur, selebmania berarti pengagung berat tokoh-tokoh ternama tersebut. Tokoh ternama yang dimaksud adalah artis atau mereka yang terjun di dunia hiburan baik sebagai penyanyi, bintang film, sinetron, foto model, peragawati, atau presenter dunia hiburan.
            Selebmania, kultusme atau kekaguman yang berlebihan terhadap artis. Sekarang sudah menjadi wabah penyakit baru dikalangan remaja modern, para remaja dengan tanpa melihat moral artis tetap saja tergila-gila dengan sosok artis idolanya. Bahkan tak terbatas sampai di sana, merekapun berlomba meniru artis pujaannya itu.
2. Premium Call
            Untuk golongan menengah ke atas terutama mereka yang memiliki jaringan telepon rumah dan headphone, perluang untuk berbuat maksiat terbuka lebar. Dan tak dapat dipungkiri ada juga premium call untuk tujuan positif premium call pada hakekatnya merupakan salah satu kemudahan yang dihasilkan oleh jaringan komunikasi pintar (intellegent network) dilingkungan PT melalui premium call dapat diperoleh berbagai informasi yang mungkin diperlukan masyarakat yaitu informasi yang mungkin diperlukan masyarakat yaitu informasi umum/layanan masyarakat, hiburan, bisnis/ekonomi dan informasi langsung.
            Kenyataan di lapangan premium call banyak disalah gunakan kini premium call bukan hanya sebagai alat komunikasi saja. Tetapi bentuk hand phone kini dianggap sebagai asesoris untuk pelengkap penampilan sebagai penambah gaya, modis dan trendy, mereka merasa malu/tidak gaul kalau tidak mempunyai alat tersebut, dan dan mereka tidak mau ketinggalan zaman sehingga apa pun caranya mereka lakukan untuk bisa membeli alat tersebut.
3.         Diskotik dan Pub
            Diskotik atau Pub sudah dikenal sejak zaman penjajahan. Tempat ini sudah dimafhumi sebagai tempat maksiat. Diskotik bukan saja tempat ajojing atau diskotik tapi juga khalwat, ikhtilat pamer aurat mejeng tak karuan. Bahkan transaksi seks tempat tersebut dikenal pula sebagai tempat mabuk-mabukan dan transaksi narkoba.
4.         Punk Club
            Kelompok punk muncul pertama kali pada tahun 1975. punk sendiri artinya bahasa slang untuk menyebut penjahat atau perusak, sama seperti pendahulunya. kaum punk juga menyatakan dirinya lewat dandanan pakaian dan rambut yang berbeda. Orang-orang punk menyatakan dirinya sebagai golongan yang anti fashion dengan semangat dan etos kerja semuanya dikerjakan sendiri (do-it yourself) yang tinggi.
            Ciri khas dari punk adalah celana jeans sobek-sobek peniti cantel (safety pins) yang dicantelkan atau di kenakan di telinga, pipi, aksesoris lain seperti swastika, kalung anjing, dan model rambut spike-top dan mohican. Model rambut spike-top atau model rambut standar kaum punk sementara model rambut mohican atau biasa disebut dengan mohawk yaitu model rambut yang menggabungkan gaya spike-top dengan cukur di bagian belakang dan samping untuk menghasilkan efek bentuk bulu-bulu yang tinggi, atau sekumpulan krucut. Kadang-kadang mereka mengecet rambutnya dengan warna-warna cerah seperti hijau menyala, pink, ungu dan orange.
            Punk adalah kelompok remaja radikal yang menentang berbagai bentuk kemapanan hidup bebas tanpa aturan adalah kehidupan yang didambakannya. Dandanan yang tidak karuan seperti itu bagi mereka sebuah kemajuan. Para orang tua hendaknya dapat membentengi putra-putrinya dengan pondasi moral yang kokoh agar anak tidak terjerumus dalam kelompok berbahaya ini.
5.         Narkoba dan Miras
            Tidak ada hubungannya narkoba dengan prestasi, gengsi, kemajuan zaman. Apalagi modernisasi narkoba (narkotik dan obat-obatan berbahaya), naza (narkotika dan zat adiktif) atau ada yang menyebut napza (narkotik psikopika dan zat adiktif) adalah produk zahiliyah yang dibuat manusia yang kehilangan sifat kemanusiaannya. Karena itu sangatlah hina remaja yang merasa modern dengan narkoba dan miras, yang saat ini ramai di bicarakan di mana-mana.
            Ekses negatif narkoba bukan hanya terbatas pada kesehatan pisik dan psikis si pemakai, tapi juga akan diikuti dengan ekses sosial ekonomi yang sangat merugikan. Perkelahian pelajar, pencurian, perampokan dan kejahatan lainnya. Umumnya ekses dari narkoba dan miras.
            Jelaslah bahwa maraknya berbagai jenis narkoba dan miras sekarang ini telah jelas-jelas membunuh para generasi muda yang seharusnya memikul tanggung jawab sebagai generasi penerus.
6.         Sek Bebas
            Ciri-ciri ideal mewujudkan negeri baldatun thayyibatun warobbun ghafur yang diceritakan sejak dulu, semakin jauh panggang dari api. Cita-cita itu hanya hinggap didunia impian dan sekedar fatamorgana yang indah di pandang, namun realitasnya sangat menyakitkan. Saban hari kebebasan di dengung-dengungkan, namun kenyataannya (kebebasan itu) hanya memperlebar borok masa silam.
Kebobrokan semakin telanjang. Indonesia makin terbelenggu syahwat (harta, tahta dan wanita), kenyataan menjadi malapetaka dan ironisnya, Indonesia semakin tenggelam dalam hubungan syahwat dan bermandikan birahi korupsi, kolusi, nepotisme, perselingkuhan, perzinahan, pelecehan seksual dan obral aurat bukan barang yang aneh lagi.
            Tapi masalahnya lain, jika justru hal itu terjadi di negara yang dianggap sangat kental keagaamannya seperti halnya di Indonesia, akan ditemukan disana unsur-unsur pelanggaran birahi yang kental.
            Munculnya dorongan seksual pada kaum remaja dipicu oleh perubahan dan pertumbuhan hormon kelamin sebagai akibat dari kematangan mental dan fisik free sex atau sex bebas, nampaknya sudah menjadi trend bagi remaja modern. Prilaku yang diadopsi dari prilaku remaja barat ini seolah mendapat pembenaran media. Terbukti saban hari tayangan mengenai free sex dan free love menjadi tema utama dalam sebagian besar film dan sinetron yang di tanyangkan televisi. Akibatnya, para remaja beranggapan seks bebas adalah hal yang lumrah diera modern ini.
            Padahal sex bebas bukan saja merusak martabat manusia, tapi juga dengan sengaja mensejajarkan diri dengan binatang. Seks bebas atau zina sudah jelas dosa besar. Kehidupan muda-mudi tingkat SMA dan perguruan tinggi yang umumnya mengaku Islami. Menurut berbagai pemberitaan media, dan penuturan pakar seksologi, banyak dikalangan ini yang berobat karena kelemahan di kelaminnya sebagian sudah terjangkit penyakit seksual dan sebagain lagi baru gejala.
Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Sebagai Solusi Menangkal Budaya Barat
            Manusia Indonesia menempati posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah dan masyarakat.
            Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk :
1) perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian,
2) transmisi cultural,
3) integrasi sosial,
4) inovasi, dan
5) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja.
            Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara lain :
1). Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia.
2). Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
3).Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996 , P.1993).
            Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang.

Daftar Pustaka
Drs. Sukadi. 2002. IPS Sejarah untuk SLTP kelas 1. Jakarta : Ganeca Exact
Hartini, Dwi. 2007.Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia. Pdf. Adobe Reader.
Samlawi, Fakih. 1989. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Depdikbud.
Mustopo, M. Habib dkk






Read more »»