PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN


Jembatan merupakan struktur yang perlu direncanakan dengan baik agar dapat berfungsidengan optimal. Persyaratan ini dibuat sebagai pedoman teknis agar pekerjaanperencanaan struktur jembatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan standar persyaratan teknis. Dalam pedoman ini terdapat beberapa lingkup yang menjadi persyaratan umum perencanaan jembatan, yaitu dasar-dasar umum perencanaan, penjaminan mutu,persyaratanlintasan air, persyaratan geometrik,pengamanlalu lintas, geometri, persyaratan tahan gempa, persyaratan-persyaratan pemeliharaan, dan prasarana umum (utilitas) yang terkait. Dengan adanya pedoman ini, pelaksanaan struktur jembatan mulai dari tahap perencanaanstruktur sampai dengan tahap pelaksanaan pembangunan diharapkan dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
1.             Syarat Kelayakan Pada Perencanaan Jembatan atau Pokok-pokok perencanaan (design objectives)
Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat untuik suatu lokasi tertentu adalah yang palingbaik memenuhi pokok-pokok perencanaan jembatan yang meliputi:
a)    Kekuatan dan stabilitas struktur (structural safety)
Tanggung jawab utama seorang perencana jembatan harus mengedepankan keselamatanmasyarakat umum, dimana perencana harus mendapatkan suatu jembatan yang memiliki keselamatan struktural (structural safety) yang memadai.
b)   Keawetan dan kelayakan jangka panjang (durability)
Jembatan harus dibuat dari bahan yang berkualitas serta menggunakan standar yang tinggidalam proses fabrikasi dan perakitannya. Baja struktur harus terlindung dari korosi, memiliki system lapis pelindung (coating) atauproteksi katodik (cathodic protection) yang berusia panjang.
c)    Kemudahan pemeriksaan (inspectability)
Tangga inspeksi, jalan pemeriksaan, catwalk, lubang pemeriksaan yang tertutup,akses penggantian lampu penerangan dan sebagainya harus disediakan ketika tujuan pemeriksaan dinilai tidak mudah diperoleh.
d)   Kemudahan pemeliharaan (maintainability)
Sistem struktur tertentu yang diperkirakan kegiatan pemeliharaannya sulit dilakukan harus dihindari. Daerah di sekitar dudukan perletakan dan di bawah sambungan lantai harus dirancang untuk pendongkrakkan, pembersihan, perbaikan dan penggantian perletakan dan sambungan. Titik pendongkrakan harus di tentukan dalam rencanan dan struktur harus dirancang untuk gaya pendongkrakan yang diperlukan. Lubang-lubang (cavities) dan sudut-sudut yang dapat mengundang manusia atau hewan harus dihindari atau dibuat tertutup.
e)      Kenyamanan bagi pengguna jembatan (rideability)
Lantai jembatan harus dirancang untuk menghasilkan pergerakan lalu lintas yang mulus. Pada jalan yang diperkeras, pelat injak (structural transition slab) harus dipasang diantara jalan pendekat dan kepala jembatan. Sudut pada sambungan lantai beton yang terlewati olehlalu lintas harus dilindungi dari kemungkinan tergerus atau gompal.
f)         Ekonomis
Desain atau rencana yang baik akan memperhatikan faktor ekonomis dari sumber pendanaan untuk pelaksanaan jembatan tersebut kelak setelah selesai direncanakan. Pemilihan tipe bangunan atas, penentuan jumlah dan panjang bentang dan sebagainya akan menentukan seberapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun jembatan tersebut. Tipe jembatan serta komponen yang digunakan juga menentukan besar kecilnya life cycle cost dari jembatan. Biaya total jembatan (total cost) akan mencakup biaya awal pembangunan (initial cost), biaya pengoperasian (operation cost ) dan biaya pemeliharaan/penggantian komponen (maintenence cost) yang harus menjadi pertimbangan pada saat perencanaan jembatan.
g)      Kemudahan pelaksanaan
Suatu jembatan tidak hanya harus dapat direncanakan dengan baik, namun juga haru sdapat dilaksanakan/dibangun, oleh karena itu seorang perencana juga harus memiliki wawasan tentang teknik-teknik konstruksi jembatan dan komponen komponennya sehingga gambar yang diterbitkan dari proses perencanaan dapat dilaksanakan.
h)      Estetika
Suatu jembatan pada umumnya memiliki nilai estetika karena memiliki bentuk yang unik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Pada saat perencanaan jembatan, pertimbangan estetika dapat dipilih untuk menentukan bentuk visual jembatan yang diinginkan. Hal sepertiini biasanya terjadi pada suatu daerah yang menginginkan jembatan menjadi ciri khas (landmark) dari daerah tersebut.
i)        Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan/dipastikan sebagai kriteria dalam perencanaan dan dokumen kontrak, tetapi tidak tertutup kemungkinan beberapa hal perlu ditambahkan sebagai kriteria untuk melengkapi pesyaratan yang lain, antara lain;
a) Peraturan-peraturan yang digunakan
b) Mutu bahan/material yang digunakan
c) Metode dan asumsi dalam perhitungan
d) Metode dan asumsi dalam penentuan/pemilihan tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi
e) Pengumpulan data lapangan
f) Program komputer (perangkat lunak/software analisis struktur) yang digunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentukbenchmark terhadap contoh studi
g) Metode pengujian pondasi

2.                  Peraturan-peraturan untuk Perencanaan Jembatan
Untuk melakukan perencanaan jembatan, kita diharuskan memiliki pedoman atau panduan dari peraturan-peraturan yang sudah dibuat, antara lain;
·      SNI 1725-2016 “Pembebanan untuk Jembatan”
·      Surat Edaran Dirjen Binamarga tentang Penyampaian Ketentuan Desain dan Revisi Jalan dan Jembatan
·      Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi jembatan gantung untuk pejalan kaki 
·      Rancangan 3 Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondasi Jembatan
·      RSNI T 12-2004 “Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan”
·      RSNI T-02-2005 “Standar pembebanan untuk jembatan”
·      RSNI T-03-2005 “Perencanaan struktur baja untuk jembatan”
·      SNI 2451-2008 “Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5 m sampai dengan 25 m dengan pondasi tiang pancang”
·      SNI 2833-2008 “Standar perencanaan tahan gempa untuk jembatan”
·      SNI 6747-2002 “Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan”
·      Surat Edaran Mentri PU 07SEM2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan jembatan 
·      Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga tentang Tata Cara Pengecatan Elemen Jembatan









3.                  Bagian-bagian dari Jembatan

Struktur Jembatan
·         Struktur Atas (Upper Structures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yangmeliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,gaya rem, beban pejalan kaki, dll.Struktur atas jembatan umumnya meliputi:
1) Trotoar:
a. Sandaran dan tiang sandaran, 
b. Peninggian trotoar (Kerb),
c. Slab lantai trotoar.
2) Slab lantai kendaraan,
3) Gelagar (Girder),
4) Balok diafragma,
5) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
6) Tumpuan (Bearing).
·         Struktur Bawah (Sub Structures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan bebanlain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan, untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-bebantersebut disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :
1) Pangkal jembatan (Abutment),
a. Dinding belakang (Back wall
b. Dinding penahan (Breast wall),
c. Dinding sayap (Wing wall)
d. Oprit, plat injak (Approach slab)
e. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
f. Tumpuan (Bearing)
2) Pilar jembatan (Pier),
a. Kepala pilar (Pier Head),
b. Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
c.Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
d.Tumpuan (Bearing).

3) Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakanmenjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a) Pondasi telapak (spread footing) 
b) Pondasi sumuran (caisson)
c) Pondasi tiang (pile foundation)
d) Tiang pancang kayu (Log Pile),
e) Tiang pancang baja (Steel Pile),
f) Tiang pancang beton bertulang (Reinforced Concrete Pile),
g) Tiang pancang beton prategang pracetak(Precast Prestressed Concrete Pile),
h) Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
i) Tiang pancang komposit (Compossite Pile)

4.                  Bentuk-bentuk Jembatan
·         Jembatan Balok
Hasil gambar untuk contoh jembatan balok



·         Jembatan Kantilever
Hasil gambar untuk cantilever bridge

·         Jembatan Lengkung
Gambar terkait

·         Jembatan Rangka
Hasil gambar untuk jembatan rangka





·         Jembatan Gantung
Gambar terkait

·         Jembatan Kabel
Hasil gambar untuk jembatan kabel

·         Jembatan Bergerak
Hasil gambar untuk jembatan bergerak




·         Jembatan Terapung
Hasil gambar untuk jembatan terapung

5.                  Beban-beban yang Bekerja Pada Jembatan
a.       Beban mati
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap erupakan satu satuan dengan jembatan. Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipengaruhi nilai erat volume untuk bahan-bahan bangunan.
Contoh beban mati pada jembata; berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, bera plesteran dll.
b.      Beban hidup
Beban hidup adalah beban yang berasak dari berat kendaraan0kendaraan bergerak lalu lintas atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.
c.       Beban kejut
d.      Beban gaya rem
e.       Gaya akibat perbedaan suhu
f.       Beban gempa
g.      Beban angin

Desi Sri Rizkainy Yunita
11316839
3TA03
Bapak I Kadek Bagus Widana Putra
http://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil/
http://www.gunadarma.ac.id

Read more »»